Digilife

WhatsApp Kena Blokir di AS, Ancaman Serius bagi Politikus?

Vina Insyani
WhatsApp Kena Blokir di AS, Ancaman Serius bagi Politikus?

Uzone.id — Pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan surat perintah untuk memblokir WhatsApp dari perangkat pejabatnya demi melindungi para pejabat pemerintahan. 

Surat ini dikeluarkan Senin, (23/06) dan ditujukan untuk semua perangkat DPR AS. Menurut perintah ini, para staf diminta untuk tidak menggunakan aplikasi perpesanan karena dianggap berisiko.

“Kantor keamanan siber telah menganggap WhatsApp memiliki risiko tinggi bagi pengguna karena kurangnya transparansi dalam cara melindungi data pengguna,” tulisnya, dikutip dari Reuters, Selasa, (24/06).

Mereka menyebut kalau WhatsApp juga tidak memiliki enkripsi data yang tersimpan, dan memiliki potensi resiko keamanan saat menggunakan aplikasi tersebut.

Alih-alih menggunakan WhatsApp, pemerintah AS menganjurkan pejabatnya untuk menggunakan aplikasi perpesanan lain yang dinilai lebih aman, yaitu Teams milik Microsoft Corp, Wickr milik Amazon.com, Signal, dan iMessage serta FaceTime milik Apple.

Menanggapi adanya pelarangan ini, Meta sebagai induk WhatsApp mengecam langkah tersebut dan dengan tegas membantah bahwa aplikasinya membahayakan pengguna mereka.

Meta menjelaskan kalau platform tersebut menyediakan tingkat keamanan yang lebih tinggi daripada aplikasi lain yang disebutkan dalam surat tersebut.

Sementara itu, WhatsApp sudah lebih dulu dilarang di Iran akibat memanasnya konflik Iran-Israel beberapa waktu belakangan. Platform ini dianggap menjadi alat bagi mata-mata Israel untuk memantau masyarakat Iran, khususnya tokoh-tokoh penting.

Terlepas dari klaimnya yang memiliki keamanan berlapis, WhatsApp beberapa kali tersandung masalah yang meragukan sistem keamanan data mereka. Pada Januari 2025 lalu misalnya, WhatsApp disebut menjadi alat perusahaan mata-mata Israel, Paragon, untuk memantau aktivitas jurnalis hingga tokoh masyarakat dalam aplikasi perpesanan tersebut.

Selain itu, salah satu engineer teknologi yang juga pendiri inisiatif Tech for Palestine, Paul Biggar menyebut kalau sistem AI milik Israel bernama Lavender telah masuk ke sistem WhatsApp dan digunakan untuk mengidentifikasi warga Gaza yang menjadi target militer mereka dengan cara melacak kontak WhatsApp mereka.

Sistem ini menyebabkan tingginya angka korban sipil termasuk perempuan dan anak-anak, dimana pejabat Israel berdalih kalau menargetkan 'tersangka' ketika mereka berada di rumah bersama keluarga mereka.

Dalam penggunaan WhatsApp sebagai ‘pendukung’ sistem penyerangan Lavender, Paul menjelaskan kalau faktor penentu utama identifikasi sistem ini adalah dengan melihat apakah kontak seseorang (warga Palestina) masuk dalam grup WhatsApp yang dicurigai sebagai grup militan atau tidak.