Digilife

Trump Perpanjang Nafas TikTok di AS Hingga September, Jadi Diblokir Gak Sih?

Vina Insyani
Trump Perpanjang Nafas TikTok di AS Hingga September, Jadi Diblokir Gak Sih?

Uzone.id — Donald Trump kembali memberikan waktu tambahan kepada TikTok hingga 17 September 2025 mendatang sebelum benar-benar diblokir. Pemberian waktu tambahan ini menjadi kali ke-3 yang dilakukan Trump ke anak perusahaan ByteDance tersebut.

Sama seperti alasan sebelumnya, perpanjangan waktu ini diberikan untuk mencari kesepakatan perusahaan AS yang mau membeli TikTok sehingga kepemilikan perpindah tangan ke pihak Amerika.

“Beliau (Trump) melakukan perpanjangan waktu agar kami dapat menyelesaikan kesepakatan ini," ujar sekretaris pers Gedung Putih Karoline Leavitt, dikutip dari AP News, Sabtu, (21/06).

Ia melanjutkan, “Aplikasi ini sangat populer. Beliau juga ingin melindungi data dan privasi warga Amerika di aplikasi ini. Beliau yakin kita bisa melakukan keduanya pada saat yang bersamaan.”

Ini adalah ketiga kalinya Trump memperpanjang tenggat waktu. Yang pertama adalah melalui perintah eksekutif pada 20 Januari 2025 lalu, tepat di hari pertama ia menjabat sebagai presiden AS.

Perpanjangan waktu ini dilakukan setelah kurang dari 24 jam TikTok tak beroperasi di AS, yakni saat Joe Biden terakhir menjabat sebagai presiden. Tak sampai sehari, Trump (yang memang memiliki hubungan baik dengan TikTok) mencabut larangan tersebut.

Yang kedua adalah pada bulan April lalu ketika para pejabat Gedung Putih percaya bahwa mereka hampir mencapai kesepakatan untuk memisahkan TikTok menjadi perusahaan baru dengan kepemilikan AS, sayangnya hal ini gagal dilakukan setelah pihak China mundur gara-gara tarif Trump yang merugikan mereka.

Melihat dari history TikTok yang terus diselamatkan oleh Trump, keputusan tegas untuk memblokir aplikasi video pendek tersebut sepertinya masih belum terlihat hilalnya. Belum dipastikan berapa kali Trump dapat (atau akan) terus memperpanjang larangan tersebut karena hingga saat ini belum ada perusahaan yang ‘cocok’ dan sepertinya ByteDance juga masih enggan melepas TikTok ke negara tersebut.

Beberapa nama perusahaan dikabarkan sudah tertarik membeli platform ini, contohnya saja Oracle. Donald Trump sempat menyusun rencana untuk menyelamatkan TikTok dengan melibatkan perusahaan perangkat lunak Oracle dan sekelompok investor dari luar.

Dari kesepakatan ini, ByteDance rencananya akan mempertahankan saham minoritas di TikTok. Namun algoritma aplikasi, pengumpulan data, dan pembaharuan perangkat lunak akan diawasi oleh Oracle.

Sayang, sampai sekarang belum ada lanjutan soal kesepakatan ini. Belum lagi, hubungan AS dan China yang semakin memanas membuat kesepakatan hingga rencana pengambilalihan menjadi lebih runyam.

Di satu sisi, Trump menganggap TikTok punya ‘soft spot’ di hatinya dan harus diselamatkan. Di sisi lain, Trump malah mencari gara-gara dengan China, yang literally memiliki kuasa lebih tinggi pada platform kebanggaan ByteDance ini.

Meskipun tidak ada dasar hukum yang jelas untuk perpanjangan ini, sejauh ini belum ada tantangan hukum untuk melawannya. Jadi, kini tinggal menunggu waktu saja, apakah Trump harus rela aplikasi kesayangannya ini benar-benar diblokir (atas titahnya sendiri) atau menghapus aturan tersebut dan membiarkan ByteDance tetap memiliki aplikasi ini secara keseluruhan.