Trump Mulai Longgarkan Tarif Sektor Otomotif

Uzone.id - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, melunak kala mengetahui potensi sektor otomotif untuk perekonomiannya. Karenanya, Trump akan melonggarkan sektor otomotif dari kebijakan tarif-nya.
Dikabarkan, Trump sudah menandatangani sepasang perintah eksekutif untuk mengurangi dampak kebijakan tarif otomotif.
Keputusan terkait muncul di tengah kekhawatiran atas ketidakpastian industri otomotif imbas perang dagang AS dan China.
Pada akhirnya, berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan inflasi.
Kebijakan baru ini mencakup kombinasi kredit bagi para pelaku usaha alias produsen mobil dan keringanan atas bea masuk komponen.
Kabar ini pun langsung disambut lega oleh pasar dan investor setelah berbulan-bulan dihantui ketidakpastian.
"Kami hanya ingin membantu mereka. Kalau mereka tak bisa mendapatkan suku cadang kami tidak ingin menghukum mereka," ujar Trump, mengutip Reuters.
Lebih rinci, pemerintah akan memberikan kredit kepada produsen otomotif sebesar hingga 15 persen dari nilai kendaraan yang dirakit di dalam negeri.
Kredit ini dapat digunakan untuk mengimbangi nilai impor komponen kendaraan, memberi waktu bagi perusahaan untuk merelokasi rantai pasok mereka kembali ke AS.
Kemudian khusus bagi kendaraan yang dirakit di AS dapat memenuhi syarat untuk mendapatkan penggantian sebagian pungutan tersebut selama dua tahun.
Penggantian biaya terkait suku cadang itu mencakup potensi penggantian sebesar 3,75 persen dari nilai mobil buatan AS yang dirakit sebelum 1 Mei 2026.
Setelahnya, batas penggantian diturunkan menjadi 2,5 persen dari nilai mobil hingga 30 April 2027.
Pelonggaran tarif otomotif dilakukan setelah para produsen dan kelompok kebijakan otomotif melobi pemerintah untuk mendapatkan keringanan, terutama dari efek menumpuknya bea masuk.
Sedikitnya terdapat enam kelompok yang mewakili industri otomotif AS yang angkat suara, termasuk Aliansi untuk Inovasi Otomotif yang mewakili sebagian besar produsen mobil besar seperti Toyota, Hyundai, sampai General Motors (GM).
Mereka mengatakan pungutan yang akan datang dapat membahayakan produksi otomotif AS.
Apalagi saat ini banyak pemasok mobil sudah dalam kesulitan dan tidak akan mampu membayar kenaikan biaya tambahan, yang bisa berdampak ke masalah industri yang lebih luas.