Trump Galau, Tarif Impor Sektor Otomotif Bisa Jadi Ditunda

Uzone.id - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, seperti orang galau. Kini, dia menyatakan sedang mempertimbangkan penundaan penetapan tarif impor terbaru untuk sektor otomotif.
Langkah ini bertujuan memberi waktu bagi industri tersebut untuk menyesuaikan rantai pasok mereka dari luar ke dalam negeri.
Pernyataan tersebut disampaikan Trump di hadapan wartawan di Ruang Oval, Gedung Putih.
"Saya sedang melihat sesuatu untuk membantu beberapa perusahaan mobil," ujarnya, dilansir The Associated Press.
"Mereka butuh waktu sedikit karena mereka akan membuat mobil-mobil itu di sini, tapi mereka butuh waktu. Jadi saya sedang bicara soal hal-hal seperti itu." tambahnya.
Trump menyoroti kebutuhan produsen otomotif untuk memindahkan produksi dari negara-negara seperti Kanada dan Meksiko ke Amerika Serikat.
Ia menyiratkan bahwa pengecualian tarif ini akan menjadi bentuk dukungan agar transisi tersebut berjalan mulus.
Respon positif datang dari kalangan industri otomotif. Matt Blunt, Presiden American Automotive Policy Council-organisasi yang mewakili Ford, General Motors, dan Stellantis-mengatakan bahwa asosiasinya sepakat dengan tujuan Trump untuk memperkuat produksi dalam negeri.
"Ada kesadaran yang makin meningkat bahwa tarif luas terhadap suku cadang dapat merusak tujuan bersama kita untuk membangun industri otomotif Amerika yang berkembang," ujar Blunt. "Transisi rantai pasok ini akan membutuhkan waktu." cetusnya lagi.
Namun, pernyataan tersebut juga menandai potensi pembalikan arah kebijakan tarif yang telah sebelumnya diumumkan sebagai permanen.
Ketika mengumumkan tarif impor otomotif sebesar 25% pada 27 Maret lalu, Trump menegaskan bahwa langkah itu "bersifat permanen."
Kini, ketegasan tersebut mulai memudar seiring Trump berusaha meredam dampak ekonomi dan politik dari kebijakan proteksionisnya.
Langkah Trump yang fluktuatif telah menciptakan kebingungan dan ketidakpastian di pasar.
"Saya mungkin harus dipasangi penyangga leher," ujar Carl Tannenbaum, Kepala Ekonom dari Northern Trust, dalam analisanya.
Ia menyoroti gejolak kebijakan yang dinilai menciptakan "kerusakan yang mungkin sudah tidak bisa dipulihkan terhadap kepercayaan konsumen, pelaku usaha, dan pasar."
Contoh lain dari ketidakkonsistenan itu adalah keputusan Trump minggu lalu untuk menurunkan tarif umum terhadap puluhan negara dari 25% menjadi 10% selama 90 hari guna membuka ruang negosiasi.
Pada saat bersamaan, tarif terhadap barang-barang impor dari China justru dinaikkan hingga 145%, hanya untuk kemudian diberi pengecualian sementara pada produk elektronik tertentu, termasuk ponsel.
"Saya tidak mengubah pikiran saya, tapi saya fleksibel," kata Trump dengan nada khasnya.