Headline

Samsung: Indonesia Bakal Jadi Pusat Foldable di Asia Tenggara

Trisno Heriyanto
Samsung: Indonesia Bakal Jadi Pusat Foldable di Asia Tenggara

New York, Amerika Serikat, Uzone.id — Di tengah ramainya pasar smartphone global yang semakin kompetitif, Samsung justru menaruh harapan besar pada Asia Tenggara, terutama Indonesia, sebagai wilayah kunci untuk mendorong pertumbuhan perangkat lipat mereka, termasuk lini terbaru Galaxy Z Fold7 dan Galaxy Z Flip7.

Dalam sebuah wawancara dengan Uzone.id baru-baru ini, Carl Nordenberg, VP & Regional Head of Mobile eXperience Business, Samsung Electronics Southeast Asia and Oceania, percaya bahwa Indonesia bakal jadi mesin pasar.

“Indonesia adalah negara dengan populasi muda dan dinamis, dan kami melihat Indonesia akan menjadi motor penggerak ekonomi di kawasan ini (Asia Tenggara) dalam beberapa waktu ke depan,” katanya.




Indonesia memang sedang berada di masa keemasan demografi. Menurut data Badan Pusat Statistik, lebih dari 50 persen populasi Indonesia adalah generasi muda yang akrab dengan teknologi digital.


Pada 2024, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai lebih dari 220 juta orang, angka yang membuat Indonesia jadi salah satu pasar digital terbesar di dunia. Hal ini tentu menjadi peluang besar bagi Samsung, terutama untuk menghadirkan inovasi seperti ponsel lipat ke tangan generasi yang melek pada teknologi baru.

Samsung sendiri baru meluncurkan Galaxy Z Fold7 dan Galaxy Z Flip7, lalu ada juga Galaxy Z Flip 7FE yang menjadi model foldable paling terjangkau mereka saat ini yang membidik para generasi muda.




Menariknya, meski foldable selama ini identik dengan kalangan profesional atau pengguna premium, Samsung melihat tren yang berbeda di pasar Indonesia. Galaxy Z Flip series misalnya, justru lebih banyak digunakan oleh kalangan muda karena bentuknya yang ringkas, stylish, dan menawarkan banyak opsi personalisasi. Hal ini membuka ceruk baru bagi perangkat lipat: bukan sekadar alat kerja, tapi juga perangkat gaya hidup.

Jika kita menengok data pasar, pertumbuhan smartphone lipat memang menunjukkan tren yang menjanjikan. Berdasarkan laporan dari Maximize Market Research, pasar smartphone lipat global diprediksi tumbuh dengan CAGR sebesar 21,5 persen hingga 2032.

Di Asia Pasifik sendiri, nilainya diperkirakan mencapai USD 31,3 miliar pada 2025. Asia Tenggara menyumbang sebagian dari angka itu, dengan Indonesia berada di posisi strategis karena menyumbang sekitar 35 persen dari total pengiriman smartphone di kawasan, menurut data Canalys.

Meski begitu, bukan berarti Samsung tanpa tantangan. Di segmen flagship, pemain seperti Vivo, Oppo, dan Huawei mulai agresif masuk dengan inovasi serupa. Bahkan, beberapa merek China sudah mulai menawarkan foldable dengan harga yang lebih kompetitif.

Namun kepada Uzone, Nordenberg mengatakan bahwa Samsung masih pede, karena diferensiasi bukan hanya soal harga, melainkan soal kualitas, pengalaman pengguna, serta ekosistem yang solid.

Mereka juga menekankan pentingnya investasi di R&D, khususnya untuk mengembangkan Galaxy AI yang kini mulai diterapkan tak hanya di flagship, tapi juga ke lini menengah seperti Galaxy A Series.


Hal lain yang menarik adalah bagaimana Samsung melihat perubahan perilaku konsumen. Jika dulu ponsel lipat dianggap terlalu mahal atau terlalu ‘niche’, kini persepsi itu perlahan bergeser.
Desain Z Fold dan Z Flip yang makin tipis dan ringan membuatnya lebih ramah untuk penggunaan harian.

Selain untuk produktivitas seperti multitasking dan dokumen, layar besar di Fold7 justru banyak dimanfaatkan untuk nonton YouTube, Netflix, dan bahkan main game, aktivitas yang identik dengan pengguna muda.

Samsung juga tidak berjalan sendiri. Ekosistem pendukung seperti jaringan 5G, pertumbuhan aplikasi kreatif berbasis AI, hingga tren content creation dari smartphone ikut mendorong adopsi perangkat premium ini.

Dengan strategi menyentuh semua lini harga dan preferensi, Samsung tampaknya sedang merancang masa depan di mana smartphone lipat bukan lagi barang eksklusif, tapi evolusi alami dari smartphone masa kini.

Jika strategi ini berhasil, Indonesia bukan hanya akan menjadi pasar yang menguntungkan bagi Samsung. Lebih dari itu, Indonesia bisa menjadi barometer kesuksesan global dalam transformasi cara kita menggunakan ponsel.