Digilife

Dulu Kawan Kini Lawan: Kisruh Elon Musk dengan Donald Trump

Aisyah Banowati
Dulu Kawan Kini Lawan: Kisruh Elon Musk dengan Donald Trump

Uzone.idPerang terbuka antara Elon Musk vs Trump kian panas. Padahal, Elon Musk adalah salah satu orang yang mendukung Donald Trump untuk kembali menjabat sebagai presiden Amerika Serikat (AS) pada masa Pilpres 2024. Sebagai balasannya, Trump kemudian menunjuk bos Tesla tersebut sebagai ketua DOGE.

Namun, belum lama ini Elon Musk secara resmi meninggalkan jabatannya di DOGE. Ia juga mengkritik RUU “One, Big, Beautiful”, dan menganggap bahwa RUU tersebut hanya akan memperparah defisit pemerintah AS.

Sementara itu, di sisi Donald Trump, ia menuduh Elon Musk menentang RUU tersebut karena salah satu pasalnya memuat ketentuan yang akan mencabut insentif bagi konsumen kendaraan listrik.  Inilah yang kemudian jadi awal mula pertikaian terbuka antara keduanya.




Perselisihan keduanya kemudian berujung menjadi pertengkaran pribadi. Elon Musk, yang sebelumnya mendukung kemenangan Donald Trump, kini berbalik arah. Ia bahkan mendukung pemakzulan Trump agar posisinya digantikan oleh wakilnya, JD Vance. 

Sikap ini langsung memantik reaksi keras dari Trump. Ia 'berkicau' di Truth Social dengan mengatakan bahwa bos Tesla tersebut bukanlah mengundurkan diri, tapi dipecat dari jabatannya sebagai penasihat khusus.

Gak butuh waktu lama, Elon Musk langsung menanggapinya sebagai “kebohongan yang sangat kentara”.

Pertikaian terbuka antara Presiden AS dan bos SpaceX tersebut kemudian menarik perhatian sejumlah pihak. Salah satunya adalah Steve Bannon yang menyarankan agar Trump segera mendeportasi Elon Musk sebagai imigran ilegal.

Elon Musk sendiri memang lahir di Afrika Selatan, namun telah menjadi warga negara AS yang dinaturalisasi selama lebih dari dua dekade. Mantan Kepala Strategi Gedung Putih itu juga meminta agar pemerintah menyita SpaceX.





Dalam acara “War Room Live”, Steve mengatakan bahwa Trump harus menandatangani perintah eksekutif menggunakan UU mobilisasi keamanan nasional era Perang Korea yang disebut UU Produksi Pertahanan untuk mengambil alih SpaceX.

Namun, meski Trump tidak memiliki niatan untuk memperbaiki hubungannya dengan Elon Musk, Trump sempat mengatakan bahwa ia tidak berpikir untuk mengakhiri kontrak pemerintah AS dengan perusahaan internet satelit Starlink milik Elon Musk.

Seruan tersebut kemudian ditanggapi oleh sejumlah pejabat Rusia dengan menawarkan suaka kepada Elon Musk.

Bahkan, Dmitry Rogozin, mantan Kepala Badan Antariksa Rusia, mengajak Elon untuk bergabung dalam pasukan militer Rusia. Serta, Dmitry Novikov yang merupakan anggota komite urusan internasional parlemen Rusia, menyatakan bahwa Rusia siap memberikan perlindungan kepada Elon Musk jika dibutuhkan.

Menariknya, entah serius atau hanya mengejek, mantan presiden dan perdana menteri Rusia, Dmitry Medvedev juga menawarkan diri sebagai mediator dengan imbalan saham Starlink sebagai pembayaran. 

Di tengah huru-hara antara Elon Musk dan Trump, publik bertanya-tanya apakah keduanya dapat kembali akur? Analisis Wall Street mengatakan bahwa mungkin saja Elon Musk dan Trump perlahan-lahan akan memperbaiki hubungan selama beberapa bulan mendatang.

Sebab, pada akhirnya Trump masih membutuhkan Elon Musk untuk tetap dekat dengan partai Republik. Sedangkan Elon Musk masih membutuhkan Trump karena berbagai alasan, termasuk lampu hijau pada kerangka federal untuk kendaraan otonom.