Automotive

Perang Harga Mobil China Merambat ke Indonesia, Efeknya Bahaya!

Bagja Pratama
Perang Harga Mobil China Merambat ke Indonesia, Efeknya Bahaya!

Uzone.id - Fenomena perang harga yang terjadi di China sepertinya mulai merembet ke Indonesia. Sejumlah pabrikan China mulai mematok harga seenaknya tanpa memikirkan nasib konsumen.

Sudah banyak keluhan dari konsumen yang merasa kena prank saat membeli mobil China seharga Rp600 jutaan, tiba-tiba dalam waktu yang tidak terlalu lama, harganya  turun menjadi Rp400 jutaan. 



Artinya, ketika dirinya ingin menjual mobilnya, penurunan harga jual versi bekasnya anjlok sekali. Kondisi ini menjadikan investasi sebuah mobil makin tidak sehat.

Tercatat ada sejumlah merek yang telah mengambil langkah tersebut, mulai dari MG Motors, Wuling, Jetour, BAIC, Chery dan masih banyak lagi yang sudah melakukan praktik penurunan harga jual dari mobil yang sama.

Menariknya, penurunan harganya tak main-main, yakni berkisar puluhan hingga ratusan juta rupiah dan tanpa pengurangan fitur!

Konsumen Seolah Untung, Padahal Boncos!

Dengan tren penurunan harga tersebut, konsumen seolah diuntungkan karena harga jual jadi lebih murah. Tapi resale value tidak akan terbentuk sempurna dan harga jualnya jadi anjlok.

Misalnya, suatu produk mulanya dijual Rp 500 juta, kemudian setahun setelahnya turun menjadi Rp 400 jutaan. Sehingga, kalau mau dijual, pembeli lama harus memasang harga jauh lebih murah dari angka revisi.

Jaecoo sebagai salah satu anak perusahaan Chery menganggap, produsen tak bisa mengontrol soal harga jual kendaraan. 

Namun, kondisi pasar saat ini memang mengharuskan sejumlah merek mengambil langkah tersebut.

"Kita nggak bisa kontrol soal itu (penurunan nilai jual kendaraan), karena itu terjadi secara global," ujar Head of Product Jaecoo Indonesia, Ryan Ferdiean Tirto di BSD, Tangerang Selatan.

Lebih jauh, pihaknya juga tak bisa mengontrol seandainya ada konsumen yang wait and see atau menunggu beli kendaraan sampai harganya turun. Produsen hanya sebatas menghadirkan produk dan layanan terbaik.

"Yang pasti kita sebagai pabrikan ya, kasih value yang terbaiknya ke kustomer gitu ya. Karena namanya teknologi kita gak bisa stop juga. Karena satu teknologi kita udah jual, ke depannya tahun depan ada teknologi yang baru, yang sekarang turun pasti," tuturnya.

Sementara Chery, yang juga memangkas harga mobilnya hingga Rp 100 juta tersebut hanya mengatakan, langkah itu merupakan strategi perusahaan.

Namun Great Wall Motor (GWM) Indonesia menegaskan tidak akan ikut dalam praktik perang harga yang semakin marak di segmen mobil listrik, khususnya di antara sesama merek otomotif asal China. 

Strategy & Marketing Director GWM Indonesia, Martina Danuningrat, mengatakan bahwa GWM lebih memilih untuk fokus pada kualitas produk, ketimbang terlibat dalam strategi pemangkasan harga secara agresif. B

"Sesuai dengan yang chairman dari kita, Mr. Wei juga mengatakan kan ya. Bahwa perang harga itu sangat kurang baik lah ya. Jadi kita percaya akan kualitas yang kita miliki tanpa harus menggunakan perang harga," kata Martina di Jakarta.

Sebelumnya, Chairman GWM, Wei Jianjun, juga pernah menyampaikan bahwa kondisi pasar mobil listrik saat ini di China sangat rentan, bahkan menyamakan situasinya seperti "bom waktu" yang bisa meledak sewaktu-waktu akibat persaingan harga yang tidak terkendali. 



Perang harga yang brutal di pasar domestik China telah menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan pelaku industri. 

Kompetisi harga yang tidak sehat, terutama di segmen kendaraan listrik, dinilai sebagai penyebab utama ketegangan yang terjadi. 

Strategi ini membawa tantangan lain dan memicu perang harga, kompetisi yang tidak sehat, apabila tidak diimbangi inovasi serta layanan berkelanjutan.