Digilife

Ngeri! Galbay Jadi Tren di Medsos, Ramai Grup Anti Tagihan

Vina Insyani
Ngeri! Galbay Jadi Tren di Medsos, Ramai Grup Anti Tagihan

Uzone.id — Kasus ‘Galbay’ atau gagal bayar saat ini jadi fenomena yang mengerikan. Tindakan ilegal ini banyak menjebak generasi tua hingga muda yang familiar dengan pinjaman online.

Hal ini diungkap dalam survei terbaru dari Jakpat, dimana fenomena ini ternyata bukan disebabkan oleh pengguna baru, melainkan pengguna lama yang mulai kewalahan secara finansial akibat tekanan ekonomi.

Dalam survey yang diikuti oleh generasi Z (39 persen), milenial (42 persen), dan generasi X (19 persen), lonjakan kasus gagal bayar ini ternyata tidak datang dari pengguna baru, melainkan pengguna lama yang sudah berkali-kali melakukan pinjaman online.

Head of Research Jakpat, Aska Primardi mengatakan, kasus galbay yang meningkat di awal tahun 2025 ini merupakan efek domino dari kondisi ekonomi negara saat ini.



“Di sisi lain, data dari OJK pada paruh pertama 2025 menunjukkan adanya fenomena kenaikan kasus gagal bayar, yang bisa disebabkan karena kondisi ekonomi saat ini di mana harga kebutuhan pokok meningkat, tetapi tidak diikuti dengan kenaikan pendapatan,” katanya dalam keterangan resmi yang diterima Uzone.id, Jumat, (18/07).

Sedihnya, lonjakan fenomena ini juga disebabkan dengan menjadikan galbay sebagai tren di media sosial. Banyak masyarakat saat ini membentuk grup di media sosial untuk berbagi info tentang tips menghindari kejaran tagihan.

Melihat stagnannya pertumbuhan jumlah pengguna fintech yang hanya naik 1 persen dari 8 persen ke 9 persen dalam setahun, Aska menyimpulkan bahwa pelaku gagal bayar ini bukanlah pengguna aplikasi fintech baru.

“Melainkan dari perilaku pengguna lama yang mulai kewalahan mengelola kewajiban finansial digitalnya,”katanya.

Oleh karena itu, Aska menyarankan berbagai pihak untuk memberikan sosialisasi tentang pengajuan restrukturisasi utang jika tidak sanggup bayar.



Meski stagnan, Aska menyebut bahwa penggunaan layanan fintech oleh pengguna lama mengalami frekuensi yang lebih sering atau dengan jumlah pinjaman yang lebih besar. 

Sementara itu, terkait penggunaan metode transaksi, saat ini e-wallet masih menjadi metode yang paling banyak digunakan dengan 95 persen responden menggunakan aplikasi e-wallet. Sedangkan layanan paylater digunakan oleh 29 persen responden, dan 9 persen lainnya menggunakan pinjaman online (pinjol) dalam bentuk tunai.

Bagi pengguna paylater, beberapa faktor menjadi alasan kenapa mereka mengambil paylater. Salah sayunyakarena pengajuan yang mudah, kebutuhan mendesak, membayar utang dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sementara itu, pihak pria lebih cenderung menggunakan paylater untuk kebutuhan sehari-hari dan modal usaha.  Berbeda dengan generasi lain, gen Z kebanyakan menggunakan paylater untuk kebutuhan hiburan dibandingkan dengan generasi lainnya.