Mungkinkah iPhone Sepenuhnya ‘Made in USA’? Ini Tantangannya

Uzone.id — Apple saat ini ketar-ketir akibat kebijakan baru Donald Trump yang menyebabkan ‘perang tarif’ dengan beberapa negara, khususnya China. Pasalnya, banyak dari produk mereka seperti iPhone, iPad, Mac dan lainnya diproduksi di negeri Tirai Bambu tersebut.
Dampaknya cukup ngeri, warga AS harus membayar perangkat lebih mahal akibat tarif impor yang sangat tinggi. Termasuk harga iPhone yang diramal bisa naik sekitar 40 persen.
Soal hal ini, Gedung Putih pun meminta semua pihak untuk tidak khawatir. Pasalnya, mereka percaya diri kalau Apple bisa memproduksi semuanya di AS alih-alih di China.
Hal ini disampaikan oleh Sekretaris pers Gedung Putih, Karoline Leavitt pada Rabu, (09/04). Menurutnya, Apple tidak akan mengalami masalah jika membawa produksi iPhone ke AS lagi untuk menghindari perang pajak impor ini.
“Trump percaya mereka bisa melakukan itu. Kami punya tenaga kerja, memiliki sumber daya yang cukup untuk melakukan itu. Apalagi saat ini Apple telah berinvestasi USD500 miliar ke AS, kalau Apple berpikir bahwa Amerika Serikat tak bisa melakukannya, mereka mungkin tidak akan mengeluarkan dana sebesar itu," ujar Karoline Leavitt.
Namun, terbalik dengan kepercayaan diri Donald Trump, Apple sudah lama mengatakan bahwa pembuatan iPhone tidak mungkin dilakukan di Amerika Serikat, bahkan pernyataan ini sudah disampaikan Steve Jobs dan Tim Cook semenjak lebih dari 1 dekade lalu.
“Apple memiliki 700.000 pekerja di China. dan Apple membutuhkan 30.000 insinyur di lokasi untuk mendukung para pekerja tersebut. Anda tidak dapat menemukan jumlah sebanyak itu di Amerika untuk dipekerjakan," kata Steve Jobs sekitar tahun 2010, dikutip dari The Verge.
Tim Cook juga kurang lebih mengatakan hal yang menjadi penghalang kenapa AS tidak bisa memproduksi iPhone sebaik China.
“... Kenyataannya, China sudah tidak lagi menjadi negara dengan biaya tenaga kerja yang rendah beberapa tahun yang lalu dan itu bukanlah alasan kenapa kami datang ke China dari sudut pandang pasokan,” katanya.
Ia menambahkan, “Alasannya adalah karena keterampilan dan kuantitas keterampilan di satu lokasi, dan jenis keterampilannya. Produk yang kami kerjakan membutuhkan alat yang sangat canggih dan ketepatan para pekerja ini sangat mendalam.”
Cook pun membandingkannya dengan pekerja dan para teknisi di AS. Menurutnya, tidak banyak pekerja berskill di AS yang serupa dengan pekerja di China.
“Di Amerika Serikat, ketika mengadakan pertemuan dengan para insinyur perkakas, saya tidak yakin satu ruangan akan terisi penuh sementara di China, mereka bisa memenuhi beberapa lapangan sepak bola,” tambahnya.