Maxim Buka Suara soal Tarif 10% dan Status Mitra Driver Jadi Karyawan

Uzone.id – Menyusul Grab dan Gojek, Maxim Indonesia turut menyampaikan sikap mereka soal aksi demo dan off bid serentak yang dilakukan pada hari ini, Selasa, (20/05). Dalam klaimnya, unjuk rasa yang dilakukan secara serempak di beberapa wilayah Indonesia ini tidak berpengaruh pada layanan platform.
“Layanan Maxim tetap bekerja secara normal dan terus berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pengguna kami. Maxim juga memastikan bahwa pengguna tetap dapat menggunakan beragam layanan di aplikasi Maxim seperti biasa,” kata Yuan Ifdal Khoir Public Relations Specialist Maxim Indonesia kepada Uzone.id.
Terkait off bid yang dilakukan oleh para driver, Maxim juga menegaskan bahwa itu adalah inisiatif para driver, bukan perintah dari platform mereka.
“Kami mengimbau mitra pengemudi Maxim untuk tetap melayani kebutuhan pengguna agar tetap bisa mendapatkan penghasilan dan tidak mudah terprovokasi dalam aksi unjuk rasa dengan selalu menjaga keamanan dan ketertiban,” tambahnya.
Sementara terkait salah satu tuntutan demo yang meminta platform menurunkan potongan komisi menjadi 10 persen, Maxim menyebut bahwa penurunan ini akan menyebabkan kenaikan biaya pada layanan.
“Mengenai tuntutan pengemudi untuk menurunkan tarif (10%), dapat kami sampaikan bahwa penurunan regulasi tarif dapat menyebabkan kenaikan biaya perjalanan karena pengoperasian secara fungsional dan penyediaan layanan yang tersedia menjadi semakin sulit,” tambah Yuan.
Imbas dari kenaikan biaya ini kemudian juga akan berdampak pada penurunan permintaan dari konsumen, hingga pada akhirnya mitra pengemudi pun akan ikut terdampak dengan penumpang yang semakin sedikit.
Dari sisi perusahaan, penurunan permintaan kemungkinan akan membuat perusahaan mempersempit cakupan aplikasi dan menutup layanan di beberapa kota, dan pada akhirnya para pengemudi akan kehilangan kesempatan mereka dalam mendapatkan pendapatan.
“Jadi, kami mendukung keseimbangan dan motivasi yang akan membantu mitra untuk membuat pesanan dengan sukses,” ujarnya.
Lebih lanjut soal adanya distribusi penumpang yang diprioritaskan untuk beberapa pengemudi, Maxim menyebut bahwa hal ini diatur berdasarkan peringkat pengemudi dan penggunaan stiker khusus pada kendaraan roda empat.
“Oleh karena itu, merupakan situasi yang normal bagi pengemudi dengan peringkat dan branding yang tinggi untuk menerima pesanan terlebih dahulu, di mana hal ini sejalan dengan kebijakan perusahaan,” kata Yuan.
Dengan adanya sistem ini, Maxim mendorong pengemudi lain untuk bekerja dengan baik dan sesuai dengan kebijakan perusahaan.
Maxim juga membahas soal tuntutan terkait status karyawan (pekerja tetap) yang diminta para mitra. Menurut mereka, status karyawan bertentangan dengan sifat hubungan kerja antara perusahaan dan pengemudi.
“Secara khusus, status karyawan menyiratkan jam kerja minimal 40 jam seminggu, jadwal kerja yang jelas, dan pemenuhan pesanan dari satu aplikator pemberi kerja saja,” ujarnya.
Sementara untuk status mitra, pengemudi diberi pilihan untuk bekerja dengan jadwal yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka, di mana 80 persen pengemudi bahkan tidak bekerja lebih dari 4 jam seminggu.
“Status kemitraan juga memberikan kemudahan bagi pengemudi untuk dapat bekerja dengan beberapa aplikasi sekaligus, yang mana benefit ini tidak dapat dilakukan jika pengemudi diberikan status hubungan kerja sebagai karyawan,” tambahnya.
Sedangkan status karyawan akan menimbulkan ketidakpuasan bagi pengemudi, kehilangan fleksibilitas dan kenyamanan sistem kerja bagi pengemudi. Yang paling penting, perubahan ini juga akan berdampak pada daya serap kerja yang selama ini mampu menampung jutaan pencari nafkah di sektor ini.
“Menurunkan jumlah pengemudi aktif, serta menambah beban operasional bagi perusahaan ride hailing, yang pada akhirnya dapat berdampak besar pada perlambatan perputaran roda ekonomi baik di tingkat nasional maupun daerah,” tuturnya.