Laporan Cloudflare: Indonesia Jadi Sumber Serangan DDoS Terbesar

Uzone.id – Cloudflare telah merilis Laporan Ancaman DDos edisi ke-22 mereka.
Pada laporan kali ini, perusahaan telah membuat analisis komprehensif sepanjang kuartal kedua tahun 2025 mengenai perkembangan lanskap ancaman serangan Distributed Denial of Service (DDoS) berdasarkan data dari jaringan Cloudflare.
Dalam laporan tersebut, tercatat bahwa Indonesia naik ke posisi pertama sebagai sumber utama serangan DDoS, diikuti oleh Singapura dan Hong Kong.
Vietnam berada di posisi ke-8, dan Thailand di posisi ke-10. Sebagai catatan, daftar dari sumber utama serangan ini mencerminkan lokasi node botnet, proksi, atau titik akhir VPN. Jadi, bukan lokasi sebenarnya dari pelaku ancaman.
Laporan tersebut juga memaparkan bahwa Juni merupakan bulan tersibuk untuk serangan DDoS sepanjang kuartal kedua 2025. Temuan penting lainnya yakni terjadi peningkatan serangan sebesar 44 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dalam hal ini, industri yang tercatat menjadi yang paling banyak ditargetkan adalah sektor telekomunikasi, penyedia layanan, dan operator. Kemudian, dilanjutkan dengan sektor internet dan TI, serta sektor pertanian yang secara mengejutkan ikut ditargetkan.
Secara keseluruhan, pada Q2 2025, serangan DDoS hiper-volumetrik meningkat pesat. Cloudflare memblokir lebih dari 6.500 serangan DDoS hiper-volumetrik, rata-rata 71 per hari.
Laporan DDos yang dikeluarkan oleh Cloudflare ini juga mengukapkan bahwa telah terjadi serangan DDoS terbesar yang pernah tercatat, yakni sebesar 7,3 Tbps dan 4,8 miliar paket per detik.
Meskipun serangan di lapisan jaringan turun 81 persen dibandingkan kuartal sebelumnya, serangan HTTP naik 9 persen dari Q1, dan melonjak 129 persen dibandingkan Q2 2024, dengan total 4,1 juta serangan.
Di sisi lain, China kembali menjadi target utama DDoS. China naik dua peringkat menjadi negara yang paling banyak diserang di Q2.
Vietnam melonjak ke posisi 10 besar lokasi yang paling diserang, India naik satu posisi ke peringkat 4, Korea Selatan di posisi 5, dan Hong Kong di posisi 7.
Penting untuk dicatat bahwa lokasi yang diserang ini ditentukan oleh negara penagihan pelanggan Cloudflare yang layanannya menjadi target. Jadi, bukan negara tersebut sendiri yang diserang.
Saat menyusun laporan ini, Cloudflare turut mencari-cari siapa pelaku ancaman ini. Perusahaan bertanya kepada responden yang 71 persen mengatakan mereka tidak tahu siapa yang menyerang mereka.
Sebanyak 29 persen responden mengaku telah mengidentifikasi aktor ancaman, 63 persen menunjuk ke pesaing.
Dan, sebanyak 21 persen lainnya mengaitkan serangan tersebut dengan aktor di tingkat negara atau yang disponsori negara, sementara 5 persen masing-masing mengatakan mereka secara tidak sengaja menyerang diri mereka sendiri (self-DDoS).