Lagi-lagi Kecolongan, Sistem Microsoft Bikin 400 Perusahaan Rugi

Uzone.id — Pasca adanya
insiden BSOD atau Blue Screen of Death yang menjangkit hingga jutaan perangkat
pada tahun 2024 lalu, celah keamanan sistem operasi Microsoft kembali
menimbulkan masalah.
Kali ini, celah keamanan server Microsoft SharePoints
menjadi sasaran para penjahat semenjak 7 Juli 2025 lalu. Dampaknya pun
gak main-main, 400 perusahaan dan organisasi menjadi korban dari serangan siber
yang disebabkan lemahnya keamanan SharePoints.
Menurut laporan dari Axios, dikutip Jumat, (25/07),
Microsoft mengatakan setidaknya tiga kelompok penjahat asal China,
termasuk dua grup yang disokong pemerintah setempat, telah mengeksploitasi
kelemahan pada server SharePoints.
Mereka diketahui memasukkan perangkat lunak berbahaya dengan
cara melumpuhkan sistem korban dan meminta tebusan dalam bentuk mata uang
digital.
Berdasarkan laporan dari Eye Security, sedikitnya ada 400 organisasi termasuk perusahaan yang terjangkit serangan ini. Salah satu korbannya adalah kantor Administrasi Keamanan Nuklir Nasional AS yang bertanggung jawab untuk memelihara simpanan senjata nuklir negara.
Korban lain yang terjangkit file berbahaya ini adalah
lembaga National Institutes of Health dan beberapa lembaga pemerintah
lainnya, perusahaan energi dan beberapa universitas.
National Institutes of Health (NIH) menyatakan salah satu
server mereka telah dikompromikan dan sejumlah server lainnya telah diisolasi
sebagai langkah pencegahan.
Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) AS dan sekitar lima
hingga dua belas lembaga federal lainnya turut terdampak dalam kasus ini.
Angka itu melonjak tajam dari sekitar 100 korban yang
tercatat pada akhir pekan sebelumnya. Meski begitu, jumlah sebenarnya
kemungkinan akan jauh lebih besar, karena tidak semua serangan meninggalkan
jejak digital yang dapat dipindai.
Hingga saat ini, CISA yang merupakan lembaga pertahanan
siber pemerintah AS belum memberikan tanggapan resmi mereka soal serangan yang
mengganggu sistem pemerintahan setempat.
Begitu pula Microsoft, yang belum memberikan komentar terkait keterlibatan software berbahaya dalam serangan ini maupun rincian soal korban dari kalangan pemerintah.
Sebelumnya, serangan ini bermula dari kerentanan sistem yang
belum diperbaiki pada perangkat lunak Microsoft SharePoint.
Microsoft sendiri bersama dengan tim keamanan siber mencoba
untuk melakukan perbaikan untuk menutup celah yang menjadi jalan serangan
siber. Sayangnya, dalam perkembangan terbaru menunjukkan bahwa para peretas
telah selangkah lebih maju.
Tidak seperti kampanye biasanya digerakkan negara dan hanya
bertujuan mencuri informasi, penggunaan ransomware dalam serangan ini
menunjukkan ancaman yang lebih luas, termasuk aksi spionase tradisional.
Sementara itu, China yang disebut menjadi dalang dari
serangan ini membantah tegas adanya dugaan keterlibatan mereka.
“Kami dengan tegas menentang adanya pencemaran nama baik
tanpa bukti yang kuat,” kata perwakilan Kedutaan Besar China, Selasa, (22/07)
lalu.