Digilife

Kisah Sherly Phangestu, Anak Bangsa di Panggung Apple WWDC 2025

Hani Nur Fajrina
Kisah Sherly Phangestu, Anak Bangsa di Panggung Apple WWDC 2025

Cupertino, Amerika Serikat, Uzone.id – Apple kembali menggelar Swift Student Challenge sebagai bagian dari perhelatan tahunan mereka, Worldwide Developer Conference (WWDC) 2025. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Apple memilih sejumlah Distinguished Winners dari seluruh dunia, dan tahun ini, ada nama dari Indonesia yang ikut harumkan bangsa.

Dia adalah Sherly Phangestu, lulusan Binus International University, Tangerang, yang mendapatkan undangan khusus ke markas Apple Park di Cupertino, AS. Lewat karyanya berupa aplikasi edu-game “Plant Heroes”, Sherly jadi satu dari sedikit peserta terpilih yang dapat langsung memamerkan aplikasinya ke CEO Apple, Tim Cook.

Tim Uzone berkesempatan ngobrol langsung dengan Sherly soal perjalanannya jadi pemenang Swift Student Challenge 2025.



Uzone (U): Selamat ya, sudah terpilih menjadi Distinguished Winner! Membanggakan sekali. Ceritakan singkat, dong, bagaimana bisa sampai terpilih ke WWDC dan jadi pemenang Swift Student Challenge?


Sherly (S): Awalnya aku ikut Apple Developer Academy buat belajar bikin aplikasi iOS. Di sana aku baru tahu tentang lomba ini. Waktu itu aku mikir, masalah apa ya yang bisa diselesaikan lewat aplikasi? Terus aku teringat waktu sekolah dulu, belajar soal hormon tumbuhan itu susah banget, bukunya tebal dan ribet. Dari situ kepikiran, bagaimana kalau bikin game edukasi biar lebih interaktif?

U: Gimana tuh prosesnya pas kamu daftar ke kompetisi ini?

S: Aku masuk Apple Developer Academy tahun 2024. Pas tahu ada kompetisi ini, langsung tertarik buat daftar, itu sekitar Januari. Sebelumnya aku udah bikin aplikasinya dulu, baru diseriusin lagi di akademi, lalu submit ke Swift Student Challenge.

U: Aplikasinya namanya Plant Heroes, ya? Apa inspirasi di balik nama itu?

S: Iya, soalnya aku ngerasa hormon tumbuhan itu pahlawannya tanaman. Tanpa hormon, tumbuhan enggak akan bisa tumbuh. Padahal kita sering lihat tumbuhan itu tumbuh aja gitu, padahal ada prosesnya.

Aplikasi yang aku kembangkan ini bentuknya game edukasi, penggunanya bisa dari anak SD sampai pelajar SMA karena tampilannya simpel. Di dalam game, kita bisa merawat tumbuhan dari biji sampai tumbuh dan berbuah. Tapi, tiap tahap harus kasih hormon yang tepat supaya dia terus tumbuh. Jadi sambil main, sambil belajar.



U: Kalau untuk aplikasinya sendiri, berarti memang berangkat dari kesulitan belajar saat sekolah, ya?

S: Teknologi itu sangat membantu, kalau aku bisa membantu dari sisi teknologi ke edukasi di indonesia karena masih banyak yang pake buku, it would be great jadi bisa belajar lebih lagi.

Aku juga terinspirasi dari ciciku, dulu pas belajar ini sampai gambar di catatannya biar lebih gampang ngebayangin prosesnya dan leibih gampang menghapalnya – mungkin aplikasi ini bisa buat orang-orang yang tidak bisa gambar, jadi ini buat bantuan visual belajar.

U: Bagaimana kesannya bisa ketemu langsung sama Tim Cook?

S: Wah, Tim Cook orangnya baik banget, aku juga deg-degan tadi dan happy banget bisa sharing aplikasi aku ke Tim Cook. Luar biasa, aplikasi yang aku bikin bisa aku bagikan dengan CEO Apple langsung!