Digilife

Ketika Seller di E-Commerce Amazon Ikut Terancam Gegara Tarif Trump

Vina Insyani
Ketika Seller di E-Commerce Amazon Ikut Terancam Gegara Tarif Trump

Uzone.id – Hubungan antara China dan Amerika Serikat semakin bergejolak setelah Trump menaikkan kembali tarif impor khusus negeri Tirai Bambu dan menerapkan jeda selama 90 hari ke negara lain. 

China bahkan semakin terpukul karena tarif bea masuk untuk barang-barang yang diekspor ke AS mencapai 125 persen. Tentu, hal ini akan berdampak ke semua kalangan, tak terkecuali e-commerce Amazon.

Saat ini, banyak penjual-penjual di Amazon khawatir terdampak kebijakan ini. Pasalnya, mereka banyak mendapatkan barang-barang dari China dan bekerja sama dengan perusahaan asal China.



Kemungkinan besar seller dari China atau mendapat pasokan dari China harus menaikkan harga bagi konsumen AS atau ‘keluar’ dari pasar AS sepenuhnya.

Setelah Trump menaikkan tarif impor China dari 104 persen menjadi 125 persen saat ini, Wang Xin, kepala Asosiasi E-Commerce Lintas Batas Shenzhen–yang mewakili lebih dari 3.000 penjual Amazon, mengatakan kepada bahwa tarif tersebut bukan hanya masalah pajak, tetapi juga membebani seluruh struktur biaya.

Mengutip dari Reuters, Wang Xin memperingatkan bahwa sebagian besar penjual akan merasa sangat sulit untuk bertahan di pasar AS. Satu-satunya pilihan adalah menaikkan harga di negara tersebut atau pergi mencari pasar baru.

Lima perusahaan yang mengirim barangnya ke Amazon yang berbasis di Shenzhen sudah setuju dengan pendapat Wang. Tiga diantaranya akan menaikkan harga untuk ekspor mereka ke AS, sementara dua lainnya mengatakan mereka berencana untuk keluar dari pasar.



Salah satu penjual mengatakan bahwa ia telah menaikkan harga di AS hingga 30 persen. Dia juga berencana untuk menurunkan tingkat inventarisnya dan mengurangi pengeluaran untuk biaya iklan Amazon.

"Kami harus mengurangi investasi, dan menempatkan lebih banyak sumber daya ke wilayah-wilayah seperti Eropa, Kanada, Meksiko, dan seluruh dunia," kata pengusaha tersebut.

Sementara itu, penjual lain mengatakan bahwa harga barang harus dinaikkan hingga 50 persen jika ingin mempertahankan margin mereka.

Tak hanya seller dari China saja yang merugi. Amazon juga turut terkena imbas karena harus kehilangan penjual mereka. Saat ini, lebih dari separuh penjual Amazon berbasis di China, dengan lebih dari 100.000 penjual terdaftar di Shenzhen/

Dari seller China saja, Amazon diklaim bisa menghasilkan pendapatan tahunan sebesar USD35,3 miliar. Tak heran kalau saham dan harta Jeff Bezos anjlok gara-gara tarif ini. Pasca pengumuman tarif ini, saham Amazon dilaporkan anjlok sekitar 9 persen pada Kamis, (03/04) lalu. Angka ini menjadi yang paling rendah semenjak 2022 dan membuat pendiri raksasa teknologi ini kehilangan 25 persen kekayaannya atau USD15,9 miliar (Rp268 T).