Telco

Kalau Pakai Frekuensi 1,4 GHz, Beneran Bikin Internet RI Ngebut dan Murah?

Hani Nur Fajrina
Kalau Pakai Frekuensi 1,4 GHz, Beneran Bikin Internet RI Ngebut dan Murah?

Uzone.id – Rencana pemerintah untuk melelang frekuensi 1,4 GHz di Indonesia belakangan ini diharapkan dapat betul-betul memperbaiki kecepatan internet tanah air, sekaligus memberikan harga internet yang terjangkau kepada masyarakat. Seberapa mungkin hal ini dapat terwujud?

Dari penjelasan Adis Alifiawan selaku Plt. Direktur Penataan Spektrum Frekuensi Radio, Orbit Satelit, dan Standardisasi Infrastruktur Digital Kementerian Komdigi, jika frekuensi 1,4 GHz jadi dilelang dan beroperasi, spektrum ini akan berjalan sebagai layanan BWA, atau Broadband Wireless Access.

Layanan BWA sendiri memungkinkan penggelaran konektivitas dari frekuensi yang lebih mudah dan cepat dengan biaya relatif lebih rendah dibandingkan fiber optik. Kurang lebih, BWA menyediakan akses internet ‘pelengkap’ fiber optik tanpa harus repot-repot menggelar kabel bawah laut, melainkan memanfaatkan frekuensi, untuk mengakselerasi fixed broadband.


“Frekuensi 1,4 GHz akan membawa BWA, nantinya akan mampu menyediakan speed sampai 100 Mbps yang dapat dimanfaatkan masyarakat, hingga pelayanan publik seperti sektor pendidikan dan kesehatan. Kita cukup yakin 1,4 GHz ini bisa dipakai untuk itu,” terang Adis.

Berbicara soal internet ngebut alias kencang, tentu tak lepas dari harga yang nantinya harus dibayar oleh masyarakat. Biasanya, layanan fixed broadband dikenal dengan harga yang cukup mahal. Lantas, apakah frekuensi 1,4 GHz dapat menekan harga yang kelewat mahal untuk internet cepat?

Secara teori, jika layanan BWA dari 1,4 GHz ini berjalan, maka layanan fixed broadband dipercaya dapat diberikan dengan harga terjangkau. Untuk target masyarakat kelas menengah ke bawah – baik yang tinggal di wilayah dengan tingkat penetrasi akses internet terbatas atau belum ada sama sekali – diharapkan harga jual internetnya berada di kisaran Rp100 ribu sampai 150 ribu per bulan.



“Struktur biaya itu ‘kan perhitungannya operator, ya. Kita mencoba nih untuk memberikan terobosan. Di ujung pokoknya kita mau segini gitu ‘kan [kecepatannya]. Ini kembali ke kemampuan mereka calon dari peserta seleksi lelang untuk mendesain struktur biaya mereka sehingga bisa masuk ke situ. Soal feasibility, kita sih cukup optimis,” lanjut Adis.

Aspek lain yang ditekankan Adis dari penggunaan frekuensi 1,4 GHz ini adalah potensi efisiensi biaya.

“Daripada bangun tiang sendiri, ‘kan sudah ada tiang lsitrik, tiang telepon. Tinggal kita ajak kerja sama si operatornya. Itu ‘kan jadi menghemat, tidak perlu keluar biaya lagi, jadi lebih efisien. Dari peran pemerintah dalam konteks BHP frekuensi, nanti kita bisa atur policy-nya agar skema pembayaran spektrum tidak membebani terlalu besar kepada si operator,” tutupnya.