Headline

Internet Iran Dimatikan Demi Hindari Perang Siber: Ini Bukan Kali Pertama

Hani Nur Fajrina
Internet Iran Dimatikan Demi Hindari Perang Siber: Ini Bukan Kali Pertama

Uzone.id – Ketegangan antara Iran dan Israel masih panas lantaran rudal jarak jauh yang diluncurkan Iran ke wilayah Israel sejak pertengahan Juni kemarin. Namun, di balik serangan yang ramai diberitakan, ada satu aspek lain yang diam-diam mengkhawatirkan: pemutusan akses internet di Iran.

Bukan karena kabel putus atau server jatuh, melainkan kebijakan yang disengaja. Iran memutus atau memperlambat akses internet di sejumlah wilayah sensitif saat konflik meningkat. Tujuannya? Menghindari perang dunia maya yang bisa lebih berbahaya daripada sekadar pertukaran rudal.

Dan yang mengejutkan: ini bukan kali pertama terjadi.

Internet diputus saat ketegangan memuncak

Beberapa laporan dari dalam Iran menyebutkan bahwa akses internet, khususnya yang terhubung ke jaringan internasional, mendadak menghilang di sejumlah kota besar seperti Teheran, Isfahan, hingga Qom. Akses seluler juga mengalami gangguan.

Waktu terputusnya akses internet ini kebetulan bertepatan dengan meningkatnya ancaman serangan siber dari kelompok-kelompok pro-Israel maupun aktor asing yang memanfaatkan situasi genting.

Pemerintah Iran memang tidak pernah secara terbuka mengumumkan pemutusan internet sebagai kebijakan resmi. Namun, berdasarkan pola-pola sebelumnya, hal ini diyakini merupakan bagian dari strategi pertahanan siber.

Ilustrasi foto: Unsplash
Ilustrasi foto: Unsplash

Ketakutan akan perang siber

Perang di era digital tak lagi hanya soal rudal dan tank. Serangan bisa dilakukan secara diam-diam — dari ribuan kilometer — lewat jaringan internet. Infrastruktur penting seperti pembangkit listrik, sistem perbankan, bahkan rumah sakit bisa menjadi sasaran.

Iran tampaknya menyadari hal ini lebih dari siapa pun.

Beberapa tahun lalu, Iran pernah menjadi korban serangan siber besar-besaran lewat virus malware bernama Stuxnet, yang diduga dikembangkan oleh Israel dan Amerika Serikat untuk menyerang perangkat hardware hingga fasilitas nuklir Iran. Sejak saat itu, pemerintah Iran mengambil pendekatan ekstrem dalam mengelola infrastruktur digitalnya.

Salah satu strategi yang digunakan yakni mematikan akses ke jaringan luar demi mencegah infiltrasi sistem. Tujuannya bukan hanya melindungi data, tetapi juga mencegah penyebaran informasi liar yang bisa mengacaukan situasi sosial.

Sudah pernah terjadi pada 2019

Bagi masyarakat Iran, pemutusan internet bukan hal baru. Pada November 2019, saat gelombang protes besar terkait kenaikan harga bahan bakar meluas di seluruh negeri, pemerintah Iran memutus hampir seluruh koneksi internet publik selama hampir seminggu penuh.

Saat itu, konektivitas turun hingga hanya 5 persen dari biasanya. Dunia luar tak bisa mengakses apa yang terjadi di Iran secara real-time. Masyarakat tidak bisa berkomunikasi dengan dunia luar, bisnis digital lumpuh total, dan laporan kekerasan aparat terhadap demonstran tak bisa diverifikasi karena tidak ada koneksi.

Langkah ini sempat dikecam oleh komunitas internasional, tapi Iran berdalih pemutusan ini perlu dilakukan demi “menjaga stabilitas nasional.”

Kini, di tengah konflik militer terbuka dengan Israel, strategi yang sama tampaknya kembali digunakan.

Perlindungan atau kontrol?

Pemerintah Iran bisa saja berdalih bahwa pemutusan internet adalah bentuk perlindungan terhadap infrastruktur dan data nasional. Namun, bagi sebagian warga, ini justru terasa sebagai bentuk kontrol — membatasi akses mereka terhadap informasi dari luar dan mematikan ruang diskusi bebas.

Di era di mana internet menjadi kebutuhan dasar, langkah ekstrem seperti ini dinilai memunculkan kekhawatiran baru. Contohnya beberapa pekerjaan jadi terhambat untuk saling berkirim file lintas negara.

Menariknya, di tengah upaya pemutusan ini, muncul kabar bahwa sebagian warga Iran mulai menggunakan layanan internet satelit seperti Starlink untuk tetap terhubung.

Pemerintah Iran sendiri menyebut penggunaan perangkat seperti Starlink sebagai “ilegal dan membahayakan keamanan nasional.”

Pemutusan internet yang kembali terjadi di Iran menegaskan satu hal: internet telah menjadi bagian dari medan tempur modern. Tapi lebih dari itu, pemutusan ini juga menyentuh persoalan hak sipil: hak atas informasi, hak atas komunikasi, dan hak atas eksistensi digital.

Di saat perang konvensional masih berlangsung, perang dunia maya juga berjalan dalam diam. Dengan koneksi yang sengaja diputus, warga Iran pun kembali dibuat hidup dalam isolasi digital.