Automotive

Harley-Davidson Tetap Mahal di RI Walau Tarif Impor AS 0 Persen

Brian Priambudi
Harley-Davidson Tetap  Mahal di RI Walau Tarif Impor AS 0 Persen

Uzone.id - Baru-baru ini pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat menyepakati perjanjian dagang baru yang membuat impor dari Amerika Serikat tak terkena tarif alias 0 persen. Lantas seberapa pengaruh kebijakan tersebut terhadap harga motor Harley-Davidson?

Harley-Davidson memang dikenal sebagai motor buatan Amerika Serikat di seluruh dunia. Merek yang satu ini sudah hadir di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat sejak tahun 1903.

Meski lahir di Amerika Serikat, namun Harley-Davidson memiliki banyak fasilitas produksi di luar negara asalnya.

Menanggapi tarif impor dari Amerika Serikat yang hanya 0 persen, Irvino Edwardly selaku Sales & Marketing Director JLM Auto Indonesia yang memegang merek Harley-Davidson di Tanah Air menyebutkan bahwa harga saat ini tidak terpengaruh.



Äpakah itu sudah efektif? Kan belum ada undang-undangnya. Tetapi apabila itu sudah berlaku, maka untuk (harga) motor tidak akan berpengaruh. Karena produk Harley-Davidson yang kita impor kan sudah diproduksi di Thailand," ujar Irvino kepada Uzone.id, Selasa (22/7).

Irvino menyebutkan produk Harley-Davidson yang diproduksi di Thailand pun tarif bea masuknya sudah 0 persen, sehingga tidak ada beban masuk meskipun diimpor dari luar negeri.

Menurutnya, harga Harley-Davidson yang masih tinggi disebabkan unsur pajak barang mewah yang masih sangat tinggi. Sehingga jika ingin harganya lebih murah, maka pajak barang mewah harus diturunkan.





"Hal yang masih membuat harga Harley-Davidson tinggi di Indonesia karena pajak barang mewah yang sangat tinggi di 95 persen. Kalau PPnBM atau pajak barang mewah ini bisa diturunkan maka tentunya ini berpengaruh ke harga jual," ungkapnya.

Saat ini Irvino mengaku semua produk Harley-Davidson yang dijual di Indonesia berasal dari Thailand, artinya sudah tidak ada lagi produk mereka yang diimpor dari Amerika Serikat.

"Betul. Yang kami masukkan ke Indonesia sudah yang diproduksi di Thailand," pungkas Irvino.



Sebelumnya, Presiden RI Prabowo Subianto berdiskusi kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump soal tarif impor sebesar 32 persen yang harus diterima Indonesia.

Negosiasi tersebut berjalan alot, hingga akhirnya Donald Trump menetapkan tarif sebesar 19 persen kepada produk dari Indonesia.

Namun negosiasi tersebut juga menguntungkan Amerika Serikat, karena impor produk mereka ke Indonesia tidak dikenakan tarif sama sekali alias 0 persen.