Google Rilis Program Keamanan Siber Canggih Berbasis AI

Uzone.id – Laporan Mandiant M-Trends 2025 mengungkapkan bahwa 69 persen organisasi dan perusahaan mengetahui bahwa sistem mereka disusupi bukan karena deteksi dari sistem keamanan internal, namun karena diberitahu oleh pihak luar.
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa rata-rata waktu tunggu atau dwell time berkisar 12 hari untuk serangan yang tidak terkait ransomware, dan 4 hari untuk serangan ransomware.
Namun, dalam beberapa kasus ekstrem, penyerang bisa bertahan di dalam sistem tanpa terdeteksi selama lebih dari 1 hingga 5 tahun, yang tercatat terjadi pada 11,6 persen dari seluruh serangan yang dianalisis.
Dari laporan tersebut, dapat dilihat bahwa ternyata banyak organisasi dan perusahaan yang belum cukup tangguh untuk mendeteksi serangan siber secara mandiri.
Dalam hal ini, Google Security Operations hadir sebagai solusi untuk meningkatkan produktivitas tim keamanan secara eksponensial sekaligus memberdayakan mereka untuk mendeteksi dan memitigasi ancaman yang muncul.
“Jadi, bukan hanya integrated hardware maupun software, tapi juga sekarang udah ada cybersecuritynya in place. Jadi, jangan khawatir untuk semua company karena semua telemetri ini semua ada di Indonesia,” ungkap Fanly Tanto selaku Country Director Google Cloud Indonesia, Kamis (17/7).
Dengan platform ini, organisasi dapat menyerap data telemetri keamanan yang sudah lengkap dengan kontrol residensi data dari seluruh lingkungan IT yang dimiliki (on-premise, Google Cloud, atau multicloud) untuk diproses oleh Google Threat Intelligence untuk analisis forensik dan mengungkap indikator gangguan.
Organisasi juga dapat memanfaatkan berbagai tools AI, yang didukung oleh model Gemini yang disesuaikan untuk keamanan, untuk mendukung fitur Security Information and Event Management (SIEM) dan Security Orchestration, Automation, and Response (SOAR) yang terintegrasi.
Bukan hanya memperkenalkan Google Security Operations, Google Cloud turut mengumumkan program 'Indonesia BerdAIa untuk Keamanan Siber' dalam acara Google Cloud's Expanded Commitmen to Indonesia, pada Kamis (17/7).
'Indonesia BerdAIa untuk Keamanan Siber' sendiri merupakan sebuah program yang berfokus pada keamanan siber dalam memberdayakan organisasi dengan solusi, keahlian, dan pelatihan Google Cloud Security untuk memperkuat ketahanan siber sektor ekonomi utama dan lanskap digital Indonesia.
“Jadi kalau kita ngomongin keamanan cyber itu penting adanya kolaborasi sih. Jadi dengan adanya Threat Intelligence di Google sendiri. Kita bayangin setiap hari ada miliaran user yang memakai platform kami yang harus tetap aman gitu. Jadi, visibility yang Google punya ini dalam hal threat actor atau misalnya kita ngomongin sebuah domain, website phishing, dan lain-lain itu akan kita kumpulkan di Threat Intelligence. Dan, ini adalah data yang bisa di integrasi dengan usernya kami,” jelas Marcel Judodiharjo, Solution Consultant Security Indonesia Google Cloud.
Komponen utama program ini adalah peluncuran Data Region Operasi Keamanan Google Cloud di Indonesia, yang di-hosting di pusat data Google Cloud di Jakarta.
Data Region baru ini memungkinkan lebih banyak organisasi di Indonesia untuk dapat memanfaatkan platform Google Security Operations yang didukung AI dan berbasis intelijen, sambil tetap mematuhi persyaratan lokal terkait residensi data mereka.
Dalam pemaparannya, Fanly Tanto kemudian menjelaskan bahwa program 'Indonesia BerdAIa untuk Keamanan Siber' akan memanfaatkan framework transformasi keamanan dan rangkaian solusi lengkap Google Cloud yang telah teruji, serta telah mendapat dukungan dari para pakar keamanan terdepan dan ekosistem mitra Managed Security Service Provider (MSSP).
Program tersebut akan memfasilitasi penilaian independen terhadap berbagai organisasi atau perusahaan terkait guna mengetahui sejauh mana upaya yang telah dilakukan dalam menghadapi ancaman siber.
Setelah hasil penilaian diperoleh, rekomendasi peningkatan security posture akan disampaikan kepada masing-masing organisasi maupun perusahaan. Selanjutnya, disusun roadmap keamanan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi organisasi tersebut.
Selain itu, upaya edukasi dan pengembangan sumber daya manusia juga dilakukan untuk menjembatani kesenjangan talenta (talent gap) di bidang cyber security yang sampai saat ini masih menjadi tantangan di Indonesia.