Galaxy Z Fold7 Dibilang Kemahalan? Begini Kata Samsung

New York, Amerika Serikat, Uzone.id – Samsung resmi meluncurkan Galaxy Z Fold7 dan Galaxy Z Flip7 dalam acara Galaxy Unpacked di New York, Amerika Serikat. Dua ponsel lipat ini jadi jagoan baru Samsung di kategori foldables,.
Khusus Galaxy Z Fold7, peningkatannya terasa signifikan dibanding generasi sebelumnya. Mulai dari desain yang lebih ramping dan ringan, bobot yang lebih ringan, hingga engsel baru yang lebih kuat dan tak lagi menyisakan celah saat dilipat.
Tapi yang paling mencolok justru ada di dalam: layar utama Dynamic AMOLED 2X berukuran 8 inci yang mendukung refresh rate 120Hz dan kini punya tingkat kecerahan hingga 2.600 nits, menjadikannya salah satu layar paling terang di jajaran ponsel Samsung.
Chipset Snapdragon 8 Gen 3 for Galaxy yang kencang membuatnya mudah untuk dipakai multitasking, gaming, hingga komputasi AI. Di sisi kamera, Samsung akhirnya menyematkan sensor 200MP.
AI juga jadi pembeda utama. Fitur seperti Live Translate yang bisa menerjemahkan percakapan real-time lewat telepon, Note Assist yang merangkum catatan secara otomatis, hingga Circle to Search yang memudahkan pencarian cukup dengan melingkari objek di layar, semuanya dirancang untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan pengguna yang suka multitasking, serba cepat, dan ingin efisien.
Namun semua kecanggihan itu datang dengan harga yang tidak murah. Di Indonesia, Galaxy Z Fold7 dijual mulai dari Rp 28,499 juta untuk varian 12/256GB, naik menjadi Rp 31,499 juta untuk 12/512GB, dan varian tertinggi 16GB/1TB dihargai Rp 34,999 juta. Harga ini menempatkan Fold7 sebagai salah satu smartphone paling mahal di pasar saat ini.

Posisi ini langsung membuatnya berhadapan dengan pesaing sekelas seperti OPPO Find N5 (sekitar Rp 27,999 juta) dan Vivo X Fold3 Pro (sekitar Rp 26,999 juta). Keduanya juga menawarkan spesifikasi mumpuni, layar fleksibel, desain premium, dan performa kelas atas. Tapi Samsung tidak merasa perlu menurunkan harga demi bersaing.
“Kami menghadirkan produk dengan nilai yang baik di harga yang tepat. Memang, ini adalah produk yang tergolong mahal, tapi kami yakin bahwa kami menawarkan banyak pengalaman inovatif yang tidak bisa diberikan oleh kompetitor,” ujar Carl Nordenberg, VP & Regional Head of Mobile eXperience Business, Samsung Electronics Southeast Asia and Oceania, saat ditemui Uzone.id usai gelaran Galaxy Unpacked di New York, Amerika Serikat.
Pernyataan itu bukan retorika kosong. Samsung memang tidak menjual Fold7 sebagai sekadar ‘ponsel mahal’, tapi sebagai perangkat yang menyatukan inovasi dan nilai jangka panjang.
Dukungan software selama tujuh tahun, integrasi penuh dengan ekosistem Galaxy (dari tablet, hingga wearable), dan pengalaman multitasking yang seamless membuat Fold7 terasa seperti perangkat hybrid smartphone sekaligus tablet produktivitas.
Samsung juga tahu bahwa tidak semua orang siap mengeluarkan uang sebanyak itu untuk sebuah ponsel. Lewat program pre-order, konsumen bisa mendapatkan bonus senilai hingga Rp 8,7 juta, termasuk upgrade memori gratis, cashback bank, proteksi Samsung Care+ selama 1 tahun, hingga diskon aksesori. Dengan insentif semacam ini, harga Fold7 yang awalnya terasa tinggi bisa jadi lebih rasional.
Jadi, masih kemahalan atau enggak?