Efek ‘Perang’ Tarif Trump, Ruang Siber Ikut Memanas

Uzone.id — Perang tarif antara Donald Trump dan pihak China (dan negara lainnya) masih terus berlangsung hingga saat ini. Efek-efeknya pun sudah terlihat di beberapa sektor, termasuk kenaikan harga di platform e-commerce hingga ruang siber yang kini juga ikut memanas.
Biasanya, selama periode ketidakpastian ekonomi, resiko penipuan di ruang siber akan ikut meningkat. Tak terkecuali dengan efek tarif Trump yang sampai saat ini bergejolak. Ruang siber ikut tereksploitasi menggunakan embel-embel tarif Trump.
Roman Dedenok, Pakar Keamanan di Kaspersky Threat Research mencatat ada beberapa resiko yang akan muncul akibat perang tarif ini.
Yang pertama adalah penipuan belanja daring. Modus ini kemungkinan meningkat karena penipu memanfaatkan peningkatan permintaan barang yang akan menjadi lebih mahal pasca diterapkannya tarif impor Donald Trump.
Pelaku memanfaatkan pembeli yang panic buying dengan membuat situs web palsu yang meyakinkan atau mengirim email penipuan canggih yang mempromosikan "diskon pra-tarif."
“Konsumen yang tergesa untuk mendapatkan harga lebih rendah dapat secara tidak sadar memberikan informasi keuangan kepada operator penipu, yang menyebabkan kerugian finansial atau pencurian identitas,” kata Roman.
Selanjutnya adalah adanya gangguan rantai pasokan yang dapat memaksa bisnis dan konsumen untuk segera mencari pemasok alternatif tanpa proses pemeriksaan yang kurang ketat.
Seperti halnya penipuan belanja lain yang memanfaatkan pengguna yang tengah panic buying, mereka cenderung ceroboh dan tidak melihat apakah pasokan yang dibeli palsu atau tidak.
Hal ini membuka peluang bagi pelaku siber untuk membuat produk palsu memasuki pasar, tak hanya itu, hal ini juga menjadi peluang bagi penjahat dunia maya menyematkan malware di perangkat palsu tersebut.
Kekhawatiran ini baru-baru ini disorot oleh penemuan Kaspersky tentang varian canggih dari Trojan Triada yang sudah terpasang sebelumnya pada ponsel pintar Android palsu yang dijual melalui pengecer yang tidak sah.
“Beroperasi pada level firmware, malware ini memberi penyerang kendali penuh atas perangkat, memungkinkan pencurian aset kripto, pembajakan akun media sosial, dan pengalihan panggilan tidak sah— menggarisbawahi risiko serius yang ditimbulkan oleh rantai pasokan yang disusupi,” ujar Roman.
Kaspersky juga melihat adanya penipuan investasi daring ketika adanya volatilitas pasar.
Roman menjelaskan bahwa para penjahat siber akan menyamar sebagai lembaga keuangan sah, menjanjikan keuntungan tinggi yang "terjamin" berdasarkan pengetahuan orang dalam, atau meluncurkan kampanye phishing dan situs web palsu yang mengincar informasi sensitif para korban.
Mereka akan menggunakan modus unggahan media sosial yang tidak terverifikasi tentang potensi jeda tarif baru-baru ini sehingga memicu lonjakan pasar sementara senilai multi-triliun dolar.
Oleh karena itu, untuk menghindari resiko dan ke-chaos-an soal perang tarif ini, Roman menghimbau siapapun agar tidak panik dan memverifikasi keabsahan penjual sebelum melakukan pembelian, menggunakan metode pembayaran yang menawarkan perlindungan penipuan, tetap berhati-hati terhadap transaksi yang tampaknya terlalu bagus untuk menjadi kenyataan.
Bagi investor, Roman meminta agar tetap teliti dan melakukan uji tuntas yang menyeluruh, mengandalkan sumber informasi yang bereputasi baik, dan bersikap skeptis terhadap penawaran yang tidak diminta yang menjanjikan keuntungan yang sangat besar.
“Karena lanskap ekonomi terus berubah, kewaspadaan yang lebih tinggi akan menjadi penting. Memahami ancaman ini dapat membantu konsumen dan investor tetap terlindungi dengan lebih baik,” tuturnya.