Anomali Indonesia: Perang Harga Mobil, Tapi Tiap Tahun Makin Mahal

Uzone.id - Pasar mobil di Indonesia masih melesu. Salah satu cara instand pabrikan untuk mendongkrak penjualan adalah dengan ikutan perang harga. Namun ironisnya, setiap tahun harga mobil naik dan makin mahal.
Pasar mobil di Indonesia yang saat ini tengah lesu menjadi pertanyaaan besar, apa penyebabnya?
Di sisi lain, kenaikan harga tidak diikuti meningkatnya pendapatan rata-rata masyarakat Indonesia. Tak heran, jika mobil menjadi sulit dijangkau.
"Harga mobil setiap tahun naik 7 persen, sementara daya beli masyarakat tidak naik. Ini bisa diandaikan apakah gaji Anda sejak 2013 kanaikannya sama?" ujar Pengamat Otomotif dari ITB Yannes M Pasaribu dalam diskusi Dialog Industri Otomotif Nasional dengan tema Perang Harga vs Pembangunan Industri, Siapa Untung, Siapa Tertinggal di GIIAS 2025.
"Jalan tengahnya tolong diinvestigasi. Di Malaysia harga mobil stabil. Di Indonesia malah tambah naik. Nah ini kok setiap tahun," katanya.
Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara juga menyoroti harga mobil di Indonesia yang terlalu mahal.
Dia mencontohkan Avanza yang dikembangkan dan diproduksi di Indonesia. Tapi, diekspor ke Malaysia harganya bisa lebih murah.
"Kok bisa lebih murah? Padahal diproduksi di Indonesia. Avanza baru di sini pajaknya (tahunan) sekitar Rp5 juta di Malaysia hanya sekitar Rp1 juta. Kalau kita beli mobil baru Rp50 jutanya (kena variabel) pajak," ujar Kukuh.
Di sisi lain, dalam pameran GIIAS 2025 terjadi fenomena perang harga. Kukuh memandang fenomena ini sebagai bagian dari dinamika industri yang lebih luas dan kompleks.
Dia menekankan faktor teknologi dan riset mendalam menjadi kunci utama dari persaingan harga yang terjadi.
"Perang harga itu adalah konsekuensi dari proses yang panjang. Salah satunya adalah teknologi. Teknologi itu dilatarbelakangi adanya R&D dari segala macam segi. Nah ini kan masyarakat juga diuntungkan dengan harganya lebih murah," ujar Kukuh.
Menurutnya, kemajuan teknologi membuat struktur kendaraan menjadi jauh lebih efisien.
Namun, di sisi lain banyak APM yang telah mengembangkan pasar dan berkontribusi besar bagi ekonomi di Indonesia dirugikan dengan kebijakan yang mempermudah brand baru mendatangkan mobil (CBU) ke Indonesia dengan harga kompetitif.